Pemuda merupakan bagian terpenting dari perjalanan sejarah sebuah bangsa, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Bahkan kemerdekaan Indonesia sulit terwujud tanpa keterlibatan dari para pemuda. Sejarah telah mencatat bagaimana seorang Dr. Sutomo atau lebih dikenal dengan sebutan Bung Tomo di usia 25 tahun, pada tanggal 10 November 1945 mampu membakar semangat para pemuda untuk mengusir pasukan penjajah bercokol di Kota Surabaya.

Itulah pemuda yang di zaman apa pun, ia selalu muncul sebagai tokoh penggerak dan perubahan. Setiap zaman pasti ada orangnya dan setiap orang ada zamannya, namun tidak untuk pemuda. Sebab pemuda selalu muncul dan tampil di zaman apa pun. Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela pernah mengatakan: “The youth of today are the leaders of tomorrow” Pemuda hari ini merupakan para pemimpin di masa depan. Ungkapan ini merupakan pengakuan dari seorang pemimpin besar dunia, bahwa di tangan pemudalah kemajuan dan harapan tentang peradaban sebuah bangsa itu akan tercapai.

Dari generasi ke generasi Indonesia telah banyak melahirkan para pemimpin-pemimpin muda itu, yang selalu hadir membawa perubahan dan menjadi tumpuan harapan masa depan bangsa ini. Di salah satu provinsi di Indonesia tepatnya di Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki sosok gubernur muda yang berprestasi, Tuan Guru Bajang (TGB) orang biasa menyapanya. Ia tampil sebagai contoh dan teladan bangsa ini dalam memberikan gebrakan dan perubahan bagi daerahnya dan Indonesia pada umumnya.

Bajang dalam bahasa Sasak Lombok berarti Muda, sehingga sebutan TGB merupakan gelar yang disematkan kepada seorang tokoh ulama yang masih berumur belia. Sama halnya dengan sebutan Kiyai di Jawa atau Buya di Sumatera barat. Pada tanggal 17 September 2008 Dr. KH Muhammad Zainul Majdi, MA diamanahkan sebagai gubernur NTB. Ia terpilih menjadi gubernur di usia yang sangat muda (36)tahun, tak heran jika oleh Rekor MURI Indonesia menobatkan ia sebagai gubernur termuda di Indonesia saat itu. TGB merupakan salah satu gubernur di Indonesia yang hafidz (hafal Al-Qur’an) dan dijuluki ulama tafsirnya alumni Al-Azhar, Kairo.

Menyelesaikan pendidikan S1, master, dan doktornya jurusan fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar, Kairo dengan predikat Summa Cumlaude. TGB di kenal dengan pemimpin yang santun, rendah hati dan penuh dengan keteladanan serta prestasi yang hebat selama memimpin NTB, sehingga wajar masyarakat NTB memilihnya sebagai gubernur selama dua periode. Di bawah kepemimpinannya, ia berhasil meraih penghargaan dari dunia internasional di bidang Pariwisata Halal pada kategori The World Best Halal Tourism Destinatioan dan The World Best Honeymoon Desnation. Dalam bidang pembangunan beliau membawa NTB meraih MDGs Award 6 tahun berturut-turut sejak tahun 2011 hingga 2016. Dalam bidang ekonomi, NTB menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi se-Indonesia, karena berhasil menurunkan angka kemiskinan rata-rata sebesar 1 persen per-tahun.

TGB juga dikenal sebagai gubernur yang memiliki integritas, sehingga dalam laporan keuangan provinsi NTB dalam lima tahun berturut-turut meraih penghargaan Wajar Tampa Pengecualiaan (WTP) dari, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Tepatnya 18 Desember 2017 yang lalu oleh Menteri Dalam Negeri Tjahya Kumolo menganugerahkan gelar Leadership Award kepada TGB sebagai gubernur terbaik bersama empat gubernur lainnya Ahmad Heryawan Gubernur Jawa Barat, Soekarwo Gubernur Jawa Timur, Syahrul Yasin Limpo Gubernur Sulawesi Selatan, dan Irwan Prayitno Gubernur Sumatera Barat.

Dengan berbagai prestasi yang TGB peroleh sebagai gubernur NTB dua periode, membuat ia kian disebut-sebut untuk menjadi pemimpin Indonesia pada tahun 2019. Di salah satu ternama TGB di sebut sebagai, “sosok yang komplit” karena memiliki kemampuan yang ganda, selain memiliki kemampuan mengelola birokrasi pemerintahan beliau juga memiliki kemampuan sebagai ulama, yang sangat dihormati dan disegani.

Pemahaman tentang dan praktik kebangsaan dan keagamaan TGB sangat baik, kedua-duanya beliau sangat menguasainya sehingga banyak pihak yang mengundangnya menjadi pembicara dalam memberikan pemahaman yang utuh kepada masyarakat tentang kebangsaan, keagamaan, dan keutuhan bangsa.

Di tengah kondisi Indonesia yang kurang stabil, subsidi listrik ditarik dan harga BBM naik namun hutang negara makin bertambah, mengimpor beras justru ketika panen raya tiba, harga kebutuhan sehari-hari naik berulang kali sedangkan pendapatan rakyat tidak sebanding dengan kebutuhan sehari-hari, penegakkan hukum yang terkesan tebang pilih yang semakin jauh dari keadilan, dan isu kriminalisasi terhadap ulama membuat umat Islam geram, keadaan politik yang tidak stabil yang diwarnai dengan praktik politik transaksional antar elit politik bangsa ini.

Segala persoalan ini tentu membutuhkan solusi yang tepat dari pemimpin yang memiliki pemahaman yang luas terhadap persoalan kebangsaan dan keagamaan dan sosok TGB diyakini memiliki kemampuan tersebut. Berbagai prestasi dan terobosan hebat yang telah TGB persembahkan selama dua periode kepemimpinannya di NTB merupakan poin penting untuk dijadikan sebagai acuan untuk memajukan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.

Inilah sosok pemuda di zamannya, ia selalu tampil sebagai pelaku utama dalam gerakan perubahan positif untuk bangsa dan negaranya. Saatnya anak muda bangsa ini memberikan mengamanahkan kepemimpinan itu ke TGB. Harus diakui TGB adalah aset bangsa yang harus diberikan kesempatan dan didukung untuk maju di pentas Nasional. Tindakannya memberikan harapan baru untuk masa depan bangsa ini.

Menutup tulisan ini saya mengutip founding father kita Ir. Soekarno “Berikan aku 1000 orang tua niscaya akan ku-cabut gunung semeru dari akarnya, berikan aku 10 anak muda niscaya akan ku goncangkan dunia,”.

Penulis, Abdurrahman (Kolumnis & Pegiat Literasi)

[jetpack-related-posts]

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Pin It on Pinterest

Shares
Share This