Kalau ada pertanyaan siapa manusia tercepat di Indonesia saat ini? Maka jawabnya adalah Iswandi. Ya benar, Iswandi namanya. Ia pelari cepat asal Sumbawa yang meraih emas nomor lari 100 meter pada Pekan Olahraga Nasional (PON) di Riau 2012. Iswandi menorehkan catatan waktu 10,41 detik untuk menjadi yang tercepat di nomer paling bergengsi itu. Torehan prestasinya tak berhenti sampai di situ.
Pada SEA GAMES di Myanmar 2013, medali perak digenggamnya dengan catatan waktunya 10,53 detik. Ia hanya kalah dari pelari Thailand yang menorehkan waktu 10,48 detik. Iswandi bertekad pada SEA GAMES berikutnya di Palembang, Desember 2015, medali emas harus direbutnya.
NTB bukan hanya punya Iswandi. Masih ada sederet pelari lainnya yang juga punya prestasi nasional dan internasional. Sebut saja nama Ridwan, Fadlin, Safwaturrahman, Adrian, Arief Rahman, Nurul Imaniar dan Maryati. Mereka merajai lintasan lari dari satu kejuaraan ke kejuaraan lainnya. Puncaknya terjadi pada PON di Riau. 7 dari 14 emas yang diperebutkan di lintasan lari mereka kuasai.
“Raja lintasan” menjadi sebutan yang disematkan kepada para pelari NTB. Daerah lain terkejut, NTB yang sebelumnya dipandang sebelah mata, sontak menjadi penguasa baru di lintasan lari nasional. Berdiri sama tinggi dengan jawa Timur dan DKI Jakarta yang bertahun-tahun merajai lintasan lari nasional.
Atletik memang menjadi cabang olahraga pendulang emas terbanyak bagi NTB pada PON di Riau. 11 emas yang diraih NTB waktu itu, 7 diantaranya diperoleh dari lintasan lari. Jelas untuk PON 2016 di Jawa Barat, atletik masih menjadi tumpuan utama. Sekalipun demikian, cabang olahraga lainnya rupanya tak mau kalah.
Panjat tebing misalnya. Pada PON di Riau cabang ini tak mampu menyumbang satu medali pun. Namun lompatan prestasi terjadi dalam 2-3 tahun terakhir. Tak kepalang tanggung, atlet panjat tebing NTB meraih 5 medali emas pada arena pra PON 2016 yang digelar di Kalimantan Timur akhir 2015. Jika prestasi ini bisa dijaga, dipastikan para pendaki NTB akan mendulang emas pertamanya di arena PON 2016.
PON 2016 memang sudah di depan mata. Dari serangkaian ajang kualifikasi nasional yang sekaligus merupakan seleksi menuju PON 2016, atlet NTB menunjukkan prestasi yang membanggakan. 16 emas berhasil mereka boyong: 5 dari panjat tebing, 4 dari atletik, 3 dari tinju, 2 dari pencak silat dan masing-masing satu emas dari tarung derajat dan voly pantai. Ini merupakan sinyal positif yang menjadi modal besar menuju gelanggang pertarungan yang sebenarnya di PON 2016 nanti.
Membangun Optimisme
Lompatan prestasi olahraga NTB dengan capaian 11 emas dan berada pada peringkat 12 nasional pada PON 2012 di Riau, memang mengejutkan banyak kalangan. Sebelumnya, nyaris tak ada yang berani bermimpi atlet NTB bisa meraup emas begitu banyak pada arena tertinggi pentas olahraga nasional itu. Ukurannya sederhana, dari satu PON ke PON lainnya, NTB tak pernah meraih emas lebih dari hitungan sebelah jari. Sehingga peringkat NTB secara nasional tak pernah jauh dari lima besar terbawah dalam perolehan medali.
Tentu saja lompatan prestasi itu tak datang dengan instan. Bukan simsalabim bak lampu aladin. Kata kuncinya adalah membangun optimisme, lalu kemudian bergerak cepat menata organisasi dan cabang olahraga, serta kemudian dukungan nyata berupa pembinaan yang serius serta berkelanjutan.
Disadari betul potensi atlet NTB bukannya tak ada untuk bersaing di arena nasional. Hanya saja potensi itu belum dikelola dengan maksimal. Bakat-bakat handal, terutama dari cabang olahraga andalan, banyak yang mati sebelum benar-benar mekar. Penyebabnya banyak. Mulai dari visi yang kering dari para pemangku kepentingan, manajemen kepimpinan yang buruk dalam mengelola roda organisasi olahraga, dukungan pendanaan yang minim hingga prasarana dan sarana yang kurang memadai.
Sejak Zainul Majdi menjadi Gubernur NTB, percepatan pembenahan prestasi olahraga dilakukan. Ditanamkan betul keyakinan bahwa melalui prestasi olahraga kebanggaan bahkan kehormatan daerah dipertaruhkan. Melalui prestasi olahraga semangat dan optimisme membangun daerah juga bisa ditularkan.
Sejumlah langkah taktis dan strategis dilakukan. Pertama, pada pertengahn 2009 ditetapkan Rencana Aksi Olahraga Daerah. Kedua, pada awal 2010 menerbitkan Surat keputusan Gubernur yang menetapkan enam cabang olahraga unggulan: atletik, silat, voly pantai, boxer, kempo dan tinju.
Serta menetapkan pula 10 cabang olahraga potensial yang diyakini prestasinya akan mampu ditingkatkan secara signifikan. Ketiga, memberikan dukungan dana pembinaan dan melengkapi sarana dan prasaran latihan.
Menjelang PON 2012 di Riau, dana pembinaan diberikan masing-masing sebesar 1 milyar untuk enam cabang olahraga unggulan. 90 persen dari dana itu digunakan untuk pembinaan dan peningkatan prestasi atlet. Hanya 10 persen yang boleh dipakai untuk kepentingan organisasi induk olahraga tempat atlet bernaung. Sementara untuk persiapan menuju PON 2016 di Jawa Barat, tak kurang dana 25 milyar disiapkan untuk memastikan target 15 emas mampu dicapai.
Pembenahan sarana dan prasaran olahraga juga terlihat nyata. Lompatan prestasi NTB pada PON 2012 di Riau, rupanya membuat pemerintah pusat memberikan perhatian khusus. Setidaknya dua bantuan prasarana olahraga yang bertaraf internasional telah dibangun di NTB: lintasan lari berbahan sintetik bernilai 7 milyar yang dibangun di gedung olahraga 17 Desember Turide Mataram dan padepokan pencak silat bernilai 6,5 miliar yang mampu menampung lebih dari 1.000 penonton.
Datang, Tanding, Menang
Target 10 emas pada PON 2012 mampu dicapai. Padahal sebelumnya target itu dianggap mimpi di siang bolong. Kini target 15 emas di PON 2016 tidak lagi dianggap mimpi kosong. Kepercayaan diri terasa lebih tinggi dan optimisme terbangun lebih dini. Tetapi tentu saja itu tak cukup. Latihan yang lebih keras harus terus dilakukan. Merasa puas atas torehan prestasi yang sudah dicapai, merupakan benih awal kekalahan dan kegagalan di Pertarungan yang sesungguhnya di PON 2016 nanti.
Kita percaya atlet-atlet NTB punya mental yang tangguh, mandiri dan tidak cepat besar kepala. Iswandi membuktikan itu. Media nasional mewartakan pelari NTB ini rela menyisihkan uang sakunya selama mengikuti pemusatan latihan nasional di ibukota untuk membeli sepasang sepatu lari yang lebih berkualitas. Tentu saja harganya mahal bagi kantong Iswandi. Tapi ia tahu betul, sepatu yang baik akan menopang kecepatan larinya. Sebuah sikap mental profesional dari sang juara.
Di PON 2012 di Riau NTB sukses besar. Meraih 11 emas, 5 perak dan 8 perunggu, atlet NTB melakukan lompatan prestasi terbaik dibandingkan atlet dari 34 provinsi yang bertarung di sana. NTB melompat dari peringkat lima besar terbawah menjadi masuk 15 besar nasional. Kata orang mempertahankan prestasi jauh lebih berat daripada meraihnya. Apalagi meraih yang lebih tinggi. Target 15 emas pada PON 2016, jelas merupakan tantangan yang tak ringan. Tetapi bukan sesuatu yang tak mungkin dicapai.
Persiapan yang dilakukan harus jauh lebih baik dari persiapan menuju PON 2012. Persaingan makin ketat, setiap provinsi bertekad untuk memperbaiki prestasinya dari PON sebelumnya. Sejarah mencatat kiprah para juara. Dan kita berkeyakinan di PON 2016 atlet NTB kembali berjaya. Memberi kebanggaan dan menularkan optimisme perjuangan. Datang, bertanding dan menang!
Tim tgb.id