Menjelang suksesi  kepemimpinan nasional pada tahun 2019, wacana politik nasional kita adalah monokuasa (hanya wancana kekuasaan belaka), monoton pada isu siapa yang akan jadi Presiden dan siapa yang ganti Presiden, pada level dua yang tak tahu malu, siapa yang akan meminangnya menjadi wakil presiden.

Wacana politik nasional sangat kental dengan orientasi kekuasaan, pilihannya pada siapakah yang akan jadi calon presiden dan siapa dipasangkan siapa. Poros Jokowi dengan siapa dan koalisi partai mana, begitu juga sebaliknya dengan kubu Prabowo Subianto, tak ketinggalan wacana poros tengah juga sama hanya mendebatkan siapa jadi apa belum jelas arah ide dan gagasan kebangsaanya.

Wanaca politik menjelang Pipres 2019 penuh sesak dengan tujuan kekuasaan, nyaris tidak terdengar ide besar tentang kebangsaan yang mereka tawarkan, semuanya satu kata mendebatkan koalisi dengan siapa dan siapa jadi apa. Politik nasional kita miskin ide dan gagasan tentang tujuan bernegara, ditengah kondisi bangsa yang stagnan in elit politik nasional an-sich hanya membicarakan suksesi kepemimpinan nasional 2019.

Ditengah hiruk pikuk politik nasional yang zonder nation idea, muncul nama TGB Zainul Majdi atau lebih dikenal dengan nama Tuan Guru Bajang adalah seorang ulama dan umara, namanya kian mahsyur dikalangan santri dan kampus sebagai ulama, cendikia dan birokrasi handal. TGB  menawarkan gagasan besar yaitu kuatkan ekonomi ummat, sejahterakan rayat kecil dan budayakan pancasila atau yang saya sebut sebagai konsep “trilogi keummatan”.

Mengapa tiga gagasan besar TGB ini saya sebut dengen “trilogi keumaatan” karena epistimologi dan aspek politik ketiganya adalah sistemik satu dengan lainnya. Gagasan kuatkan ekonomi ummat dan sejahterakan rakyat kecil adalah urusan pokok kemanusiaan Indonesia saat ini, sehingga penting menjadi urusan paling pokok politik nasional.

Sedangkan urusan yang kedua adalah urusan keteraturan sosial yang termaktub dalam sila-sila pancasila, pancasila sebagai ideologi kebangsaan ini harus menghujam dalam ide dan praktek kehidupan sosial rakyat Indonesia dengan membudayakan pancasila, menghidupkan kembali gagasan mulia Pancasila dalam tatanan sosial, politik dan ekonomi.

Trilogi keummatan adalah gagasan besar untuk melepaskan Indonesia dari keterpurukan ekonomi dan kerusakan kebudayaan, gagasan ini adalah jawaban untuk Indonesa masa depan. Ketimpangan ekonomi sosial masyarakat Indonesia harus terjawab dalam momentum suksesi kepemimpinan nasional 2019. TGB dalam beberapa kesempatan baik pada kegiatan dakwah nusantara, kuliah umum di kampus-kampus  dan kajian-kajian terus menerus menyuarakan tiga gagasan ini, kuatkan ekonomi ummat, sejahterakan rakyat kecil dan budayakan pancasila (saya sebut trilogi keummatan).

Secara akademik makna trilogi adalah kesatuan gagasan atau pokok pikiran yang dituangkan dalam tiga bagian yang saling terhubung menjadi kesatuan. Dalam ranah kesusastraan, istilah ini memiliki arti seri karya yg terdiri atas tiga satuan yg saling berhubungan dan mengembangkan satu tema. Dalam ranah politik dan pemerintahan memiliki makna programatik dalam membangun bangsa dan negara.

Gagasan besar TGB tentang tiga konsep dasar kebangsaan pertama kuatkan ekonomi ummat, sejahterakan rakyat kecil dan budayakan pancasila atau  “Trilogi Keumatan” secara harafiah dan epistimologi memiliki basis teoritik, kata keummatan memang lekat dengan ummat muslim dengan 80 persen penduduk Indonesia adalah muslim, maka tidak salah menempatkan kata keummatan mewakili kepentingan sebagain besar rakyat Indonesia, kata dan makna keumatan ini bukan menegasikan kelompok diluar umat Islam, gagasan kedua dari TGB ini malah lebih universal, mensejahterakan rakyat kecil adalah asosiatif dengan seluruh rakyat tanpa batas ras dan etnis dengan gagasan afirmasi kepada rakyat kecil, dengan tujuan mensejahterakan rakyat kecil, sedangkan gagasan budayakan pancasila adalah menginternalisasi pencasila sebagai idelogi dan praktek berkehidupan Indonesia artinya bahwa pancasila tidak hanya menjadi wacana ideologis tapi menjadi penduan berkehidupan Indonesia atau berpancasila adalah cara berindonesiawi paling ideal.

Gagasan trilogi keummatan ini tentu bukan wacana hambar dan imaginer, tapi lahir dari basis faktual ekonomi ummat dan kebudayaan masyarakat Indonesia. Lebih dari  80 persen rakyat Indonesia adalah Muslim dan masih dalam keterbelakangan ekonomi yang lambat laun akan manjadi victim kemiskinan, melahirkan victim kebudayaan sebagai akibat derasnya informasi dan komunikasi yang merusak tatatan kesolehan kebudayaan masyarakat Indonesia.

Konsep trilogi keummatan ini adalah asosistif dari tiga gagasan besar yang akan menjadikan rakyat Indonesia maju dan jaya secara ekonomi dan teguh dalam kesolehan sosial dan kebudayaan. Semoga TGB dan gagasan keummatannya ini menjadikan TGB sebagai calon pemimpin Indonesia yang mampu mendatangakan kesejahteraan dan keberkahan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sosok TGB adalah doa dan harapan kami berindonesiawi.

Oleh: Rasyid Tandu Deepian

(Komunitas diskusi politik dan demokrasi-Semarang)

Pin It on Pinterest

Shares
Share This