Frase “sekeping surga” punya kisah sendiri. Pada 1982 seorang fotografer berkebangsaan Jerman menjelajahi daratan Pulau Lombok. Dari puncak Rinjani, Danau Segara Anak, air terjun Sendang Gile, hamparan sawah menghijau, hingga pantai pasir putih terbentang, semua ia rekam dalam lensa kameranya dengan penuh antusias dan rasa kagum yang mendalam.
Begitu kagumnya sang juru potret Jerman itu, sampai-sampai ia merumuskan pulau Lombok sebagai The heaven on the planet. Serpihan surga di planet bumi. Konon katanya planet bumi tadinya mengandung zat surgawi. Lantaran ulah manusia-Tmanusia pendosa, zat surgawi dicabut kembali Sang Kuasa. Atas kebaikan-Nya masih ada yang tersisa.
Dan itulah yang kemudian tercetak menjadi Pulau Lombok kini. Soal zat surgawi itu sudah pasti sulit dinalar secara ilmiah. Kita sepenuhnya bisa menganggapnya dongeng semata. Namun sang fotografer Jerman tidak berlebihan dalam satu hal: Pulau Lombok memang cantik dan memikat.
Pulau yang tergolong kecil lantaran luasnya tak lebih dari 10 ribu kilometer persegi ini, punya potensi besar. Potensi itulah yang hendak TGB pastikan benar-benar terkelola dengan optimal. Visit Lombok Sumbawa 2012 yang diluncurkan langsung oleh Presiden SBY, pada 6 Juli 2009 dari pantai Senggigi Lombok, harus membidik segmen pasar yang jelas dan besar daya kejutnya.
Pilihan jatuh pada mengembangkan wisata Meeting, Incentive, Convention, Exibition (MICE). Pilihan ini diyakini tepat dan menjanjikan. Wisata MICE sedang tumbuh dengan menyakinkan. Pasarnya menjanjikan dan berkelanjutan. Berbeda jika hanya mengandalkan pada pelancong yang datang untuk berlibur, pasarnya terbatas dan efek kejutnya tidaklah besar.
Pilihan mengembangkan wisata MICE, tentu saja menuntut sejumlah prasyarat yang harus segera dipenuhi. Selain promosi yang massif juga infrastruktur yang memadai. Mulai dari bandara, hotel hingga sarana penunjang lainnya. Di bandingkan Bali, Yogya, Surabaya, Bandung dan Batam misalnya, Lombok-Sumbawa jelas tertinggal. Bahkan dilirik pun boleh jadi tidak.
Bergegas Berbenah
Begitu Visit Lombok Sumbawa 2012 diluncurkan Presiden SBY 6 Juli 2009, sejumlah sarana prasarana penunjang bergegas dilengkapi. Pelan namun pasti, seiring dengan pembenahan sejumlah sarana prasarana itu, NTB khususnya Pulau Lombok makin dilirik banyak kalangan sebagai tempat wisata MICE digelar.
Merujuk data Dinas pariwisata NTB, sejak 2010 sampai 2017 tercatat lebih dari 150 event MICE terlaksana di NTB. Dari yang skalanya nasional hingga levelnya internasional. Dari yang digelar departemen pemerintah, BUMN, lembaga swasta hingga lembaga dunia. Dari yang dihadiri ratusan orang hingga ribuan peserta.
Kegiatan MICE makin marak sejak Bandara Internasional Lombok resmi beroperasi 1 Oktober 2011. Seiring dengan itu, pertumbuhan kamar hotel pun melesat cepat. Pada awal TGB naik menjadi gubernur, hotel berbintang di NTB tercatat 33 jumlahnya dengan kapasitas sekitar dua ribu kamar. Pada akhir 2017 telah bertambah menjadi 65 hotel berbintang dengan daya tampung mencapai 4.000 kamar.
Seperti jamur di musim hujan, begitu kurang lebih tamsil yang bisa mengambarkan geliat pembangunan hotel di NTB. Dengan kapasitas daya tampung 3-5 ribu kamar hotel berbintang, maka Lombok sudah tergolong sebagai destinasi MICE skala medium. Skala ini makin bisa membesar jika nantinya kawasan Mandalika seluas 1.300 di pantai selatan Lombok benar-benar telah terwujud, di sana destinasi MICE kelas dunia sedang terus dibangun.
Dengan perkembangan daya dukung prasarana yang menyakinkan seperti itu, tidaklah mengherankan jika kemudian Departemen Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, memasukkan NTB sebagai destinasi MICE utama di tanah air. Berdiri sama tegak dengan Jakarta, Bali, Yogyakarta, Surabaya, Batam sebagai destinasi MICE yang lebih dulu berkembang.
Tim tgb.id