TGB Bukti Regenerasi Kepemimpinan

by | Mar 20, 2018 | kata mereka, news, tgb indonesia, tgb untuk Indonesia | 1 comment

Berbicara survei selalu erat dengan data. Kali ini kita coba mengutip sedikit catatan Denny JA, di mana berbagai aspek baik buruk calon presiden dan wakil presiden dibeberkan. Tapi, kali ini kita coba fokus pada perhatian ke TGB Dr. KH M Zainul Majdi. Kenapa harus TGB? dalam survei itu Gubernur NTB ini satu-satunya perwakilan Indonesia timur. Tetiba mencuri perhatian pada ketokohan yang Jawa Sentris.

Ada baiknya kita baca ulasan Lingkar Survei Indonesia berikut.
” Wakil Presiden ada 5 (lima) jenis bursa wapres di Pilpres 2019 nanti. Kelima jenis itu berasal dari panggung berbeda.
Ada wapres berlatar belakang militer. Hadir pula wapres berlatar belakang Islam. Tak tinggal wapres berlatar belakang partai politik. Ikut menyemarakkan wapres berlatar belakang gubernur provinsi strategis. Jangan lupa pula wapres berlatar belakang profesional.

Untuk wapres berlatar belakang militer, tiga nama ini paling menonjol. Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan popularitas sebesar 71.2 %. Gatot Nurmantyo dengan popularitas sebesar 56.5 %. Moeldoko dengan popularitas 18.0%.
Meskipun popularitas Moeldoko masih rendah, namun masuknya Moeldoko dalam kabinet Jokowi membuka peluang memainkan langkah gambit.
Dari bursa cawapres berlatar belakang Islam, ada 2 nama yang berpeluang dibanding tokoh yang lain. Kedua nama tersebut Muhaimin Iskandar (Cak Imin) popularitasnya sebesar 32.4 %. Cak Imin sudah pula mulai aktif melakukan sosialisasi sebagai cawapres.

Dan satu lagi, TGH Muhammad Zainul Majdi (TGB), yang popularitasnya sebesar 13.9 %. Sungguhpun tingkat pengenalan Zainul Majdi masih rendah, namun tingkat kesukaan publik yang mengenalnya sangat tinggi, di atas 70 persen. Jika saja cukup waktu bagi Zainul Majdi memperkenalkan diri, ia bisa menjelma darah baru. Bagi yang mengenal, Zainul dipersepsikan sebagai gubernur muslim yang taat dan berhasil membangun daerahnya di NTB,”

Sebelum bicara lebih luas. Kita cermati dahulu, kenapa tingkat kesukaan TGB cukup tinggi. Tentu pandangan publik tak sama. Karena ini persepsi yang kadang subjektif. Pertama, bisa karena melihat gaya pemerintahannya yang santun. Dua periode memimpin NTB dengan begitu banyak pencapaian.

Kedua, ulama, doktor ahli tafsir, dan seorang penghafal Quran (hafidz). Ketiga, ketua organisasi alumni Al-Azhar, Mesir. Atau terakhir, TGB ini muda, gagah, ganteng, dan berpenampilan menarik. Baik, jadi intinya komposisi TGB empat hal yang saya jabarkan itu saling melengkapi sehingga disukai. Dan barangkali, komposisi ini belum ditemukan di gubernur lain diIndonesia.

Bicara Indonesia adalah bicara kebhinnekaan. Bicara ragam golongan, suku, agama, ataupun ras. Munculnya nama TGB sebagai figur yang disukai apalagi sampai 70 persen, bukti masyarakat Indonesia masih objektif melihat figur. Rasa-rasanya kok mustahil, ada wakil NTB memiliki popularitas yang diprediksi bakal terus naik, dengan kesukaan besar.

Mengingat NTB provinsi dengan penduduk sekitar lima juta jiwa (sama seperti jumlah penduduk Kota Surabaya ditambah Kota Malang). Dalam tarung bebas gaya apapun, akan dipandang sebelah mata. Ketika TGB mampu menyodok dalam kalkulasi survei, ini angin segar.

Dalam satu dekade terakhir, Indonesia terbilang cukup jarang memunculkan figur pemimpin baru dengan kategori komplit, apalagi pemimpin itu lahir dari timur. Figur lengkap TGB ini harus menjadi trigger seluruh elemen, bahwa kepemimpinan negeri ini bisa melahirkan regenerasi.

Dan masyarakat tak boleh menutup mata pada keunggulan dan kelebihan figur. Bukan lagi semata soal remeh temeh bicara soal sukunya. Bagaimana dengan partai politik?sudah, jangan pikirkan dulu partai politik, keyakinan diri kita bila TGB figur lengkap itu dulu yang utama. Karena kalau sudah bicara partai politik, banyak pat gulipat yang harus dibahas.
(Cak Iwan Bejo-Penikmat Kopi Hitam)

[jetpack-related-posts]

Pin It on Pinterest

Shares
Share This