Membaca tentang Gubernur NTB, TGB HM Zainul Majdi, dengan judul “Ya Kuat Nanjak, Ya Kuat Ngaji”, di Jawa Pos beberapa waktu lalu, membuat dahi mengernyit. Gubernur santri ini sanggup menempuh puluhan hingga ratusan kilometer untuk bersepeda.
Saya belum pernah membaca ada pemimpin daerah sekuat ini dalam olahraga. Batin saya berkata gowes puluhan kilometer saja, kita sudah ngos-ngosan. Rasanya nafas mau putus. Bagaimana rasanya ratusan kilometer. Soal ketahanan fisik, TGB memang layak diacungi jempol. Bukan hanya gowes,
TGB juga jago mengolah si kulit bundar. Setidaknya ini kisah yang penulis alami langsung. Bukan sekali, tapi beberapa kali menikmati tendangan bola Gubernur NTB dua periode ini.
Seperti pertandingan di Lapangan Futsal Dasan Cermen, Kota Mataram. Kala itu, TGB berkawan dengan pengurus KONI NTB. Lawannya insan pers dan personil PWI NTB. Meski sebelum turun kasak-kusuk supaya main melawan TGB tak usah terlalu ngotot, sambil bercanda-lah. Bagi para wartawan futsal adalah futsal. Tak ada istilah bercanda. Lawan tetap lawan. Maklum darah muda. Gengsi kalau yang muda-muda kalah tanding dengan pemain yang usianya hampir setengah abad.
Pertandingan pun dimulai. Tak seperti yang kami bayangkan. TGB yang satu tim dengan anggota DPRD NTB HMS Kasdiono, begitu serius. Tim TGB menghadapi para pewarta muda nyaris tanpa senyum. Lari, lari, lari, dan terus memburu bola. Betul-betul seperti pertandingan resmi.
Berbagai cara dilakukan tim pewarta menghadang laju TGB. Wartawan muda seperti Hidayatul Wathoni ataupun Muhammad Zainuddin serius menempel ketat. Agak sedikit jumawa, saya coba menahan laju tendangan TGB.
“Ah paling tendangan Pak Gub ini pelan,” batin saya.
Dan, kaki kiri mengayun ke bola. Dusss, bola melaju. Reflek saya tutup tendangan dengan kaki kanan. Pas tendangan membentur paha. Yasalaaam, amboi tendangan TGB. Panas dan sakit. Ingin rasanya mengelus paha, tapi gengsi. Meringis pun berganti senyum. Padahal rasanya nyut-nyutan.
“Wah, ini sih bukan tendangan biasa, benar bisa main bola,” lagi-lagi saya membatin.
Disaat TGB membawa bola, selain mengambil bola, body challenge (permainan badan) cara menggoyang TGB. Biasa pemain futsal hilang konsentrasi badan saat membawa bola, kenyataannya meski dengan membawa bola, sulit merobohkan pertahanan TGB. Setelah beberapa langkah gocek, kaki mengayun dan bola menyasar ke gawang.
Tendangan yang tadi diremehkan itu nyatanya bukan sembarangan. Berkali-kali tendangan itu menghujam gawang. Untung kiper tim wartawan jago. Ada yang gol, tapi lebih banyak yang selamat. Sampai satu tendangan membuat kiper dan pemain belakang melongo. Di pertengahan babak pertama, TGB menusuk dari kanan lapangan futsal. Dari pojok kanan salah satu Gubernur terbaik 2017 ini menendang. Bola melayang ke mistar atas gawang. Bola terpental cukup jauh. Kiper hanya diam.
“Lah keras sekali tendangannya,” ucap kiper.
Nafas saya yang mulai tersengal-sengal, Toni dan Zein lebih banyak mengawal TGB. Melihat dua pemain muda ini mengepung TGB, senyum simpul muncul. Jelas sudah, terkunci tim TGB. Nyatanya tidak juga. Karena terlalu fokus dengan TGB, banyak bola yang mengalir ke Kasdiono atau pemain KONI lainnya. Dan gol kembali diraih tim TGB. Memandang TGB, nafas dan gesture masih teratur. Dan pertandingan berakhir, dengan keunggulan tim TGB.
Di lain kesempatan, tim jurnalis kembali bertanding futsal dengan TGB. Lokasinya sekarang berbeda, di GOR 17 Desember, Turida. Penggerak tim wartawan masih sama, PWI. Pun demikian dengan tim TGB, masih bersama rekan KONI NTB. Belum juga pertandingan mulai, Sekjen PWI NTB Nasruddin Zein sudah menghampiri tim wartawan. Mengingatkan supaya bermain santai.
“Pelan-pelan saja. Kita cari keringat, jangan keras,” katanya.
Kembali imbauan dari para senior ini tak terlalu digubris para jurnalis. Sembari bercanda, sejumlah wartawan menjawab, bola futsal itu bundar, jadi biarkan bola yang mengatur. Saya memilih menepi di pinggir, tetap dengan kostum, dengan sepatu lengkap. Tapi, bedanya kali ini saya tak ngotot turun.
“Ini ada adik saya, hobi futsal dan masih muda. Yang utama, tak merokok dan sehat,” batin saya.
Penasaran. Untuk lawan TGB ini harus disiapkan yang muda dan segar. Adik saya ini, usianya masih 16 tahun. Adrian Putra namanya. Biasa saya panggil Andi. Larinya kencang. Dan kayak banteng. Dan ini senjata rahasia.
Pertandingan dimulai. Sama seperti futsal sebelumnya, TGB menjadi target man. Ujung tombak. Di pinggir lapangan, saya terus senyum, lawan TGB sekarang bukan setengah usia tim TGB. Bersama Ketua KONI Andy Hadianto. Lima menit pertama pertandingan cukup berimbang. Organisasi tim PWI kurang optimal. Karena terlalu fokus menjaga TGB, kerap kali bola diarahkan ke pemain lain. Gol cukup alot. Sampai pada satu serangan balik, TGB mengoper pada Andy Hadianto dan gol.
Beberapa kali TGB menggiring bola dengan kawalan dua pemain, tendangan kaki kirinya bisa lolos. Meski dengan mudah ditangkap kiper. Melihat pemain wartawan yang sudah lelah. Saya inisiatif meminta Andi masuk mengganti pemain yang lelah.
“Kawal bapak bertopi itu. Jangan kasih lepas,” kata saya.
Andi ini tak tahu bila yang bermain ini adalah Gubernur NTB. Ia memang sempat bertanya, pemain bertopi dari tim KONI kuat sekali berlari dan membawa bola. Intruksi saya dijalankan dengan baik oleh Andi. Kemana TGB berlari terus ditempel. Tenaga anak muda ini bisa mengimbangi nafas TGB. Hingga pada satu kesempatan mereka beradu berebut bola. Bruuuk, keduanya jatuh. TGB langsung berdiri bersamaan dengan Andi.
“Aduh, itu siapa nama pemainnya. Jangan keras-keras,” kata Nasruddin dengan wajah bingung ke tim wartawan.
Pertandingan berlangsung normal. Saya menyaksikan, dalam bermain futsal memang TGB tak terlalu khawatir dengan body challenge atau benturan kaki. Sepertinya TGB sadar betul, bila bermain futsal memang harus ada kontak fisik. Dan biasa kalau lawan lemas atau kurang serius, selalu muncul kalimat yang bikin “panas”.
“Ayo, masak masih muda cepat lelah,” ucapnya.
Buat saya diluar latar belakangnya sebagai kepala daerah dan ulama, TGB tergolong olahragawan yang serius. Senyum dan bercanda, cukup di luar lapangan. Di dalam lapangan, benar-benar lawan. Dengan usianya yang mencapai 45 tahun, fisiknya cukup prima di lapangan futsal. Jadi bukan isapan jempol kalau TGB sanggup melahap ratusan kilometer saat gowes. Gimana Pak Gub, kapan kita futsal lagi?.
Penulis, (Febrian Putra-Santri Jombang)