Kajian Tuan Guru Bajang.
Lokasi Pengajian: Muhajirin Pancor, Lombok Timur.

Sore ini kita berkumpul bersama membagi kebahagiaan dengan para thullab para huffaz, orang-orang yang dipilih oleh Allah SWT sebagai pemelihara ayat sucinya. Orang-orang yang diberikan titipan oleh Allah SWT, yaitu titipan ayat suci Al-Qur’an. Rasulullah menyebutkan, orang-orang yang diberikan kemuliaan oleh Allah SWT untuk menghafal Al-Qur’an akan dibangkitkan oleh AllahSWT bersama para nabi dan para rasul.

Dalam salah satu hadis, Rasulullah SAW menjelaskan kepada kita semua bahwa sebaik-baik ibadah dari umatku adalah membaca kitab suci Al-Qur’an. Apa makna sebaik-baik itu? para ulama menjelaskan Rasulullah SAW menyebut sebagai sebaik-baik ibadah pertama dari segi banyaknya pahala. Imam Ali ra. menjelaskan: “Apabila ada seseorang membaca satu huruf Al-Qur’an dalam keadaan berdiri saat shalatnya, maka ia akan memperoleh seratus macam kebaikan”.

Lalu dalam dalam Al-Qur’an disebutkan satu macam kebaikan diganjar sepuluh macam pahala. Artinya jika ada orang membaca Al-Qur’an dalam shalat, satu huruf bacaannya dibalas dengan 1000 kebaikan dan satu kebaikan dibalas dengan 10 pahala. Bila seseorang membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci, maka dari setiap huruf yang ia baca akan memperoleh sepuluh macam kebaikan, satu kebaikan diiringi sepuluh pahala. 10 x 10 menjadi 100 pahala untuk satu huruf.

Dan apabila dalam keadaan tidak suci, maka baginya satu huruf satu kebaikan dan satu kebaikan diganjar sepuluh pahala. Tidak ada ibadah sehebat ini. Tidak ada amalan yang pahalanya dilipat gandakan sampai ribuan kali lipat kecuali bacaan kitab suci Al-Qur’an. Adakah di antara jama’ah yang tidak pernah baca Al-Qur’an, atau tidak bisa membaca Al-Qur’an?

Kalau tidak maka baca ulang syahadat. Kalau ada orang Islam di kampung Islam, tidak bisa membaca Al-Qur’an, tidak menghafal al-Fatihah, juga al-Ikhlas, maka keislamannya diragukan. Lebih baik dia membaca ulang syahadat. Asyhadu-allaa ilaha illa-Llah wa Asyhadu-anna Muhammadarrosulallah.

Rasulullah memperingatkan: “Kalau ada umat Islam tidak ada ayat Al-Qur’an yang dia hafal, maka hatinya ibarat rumah yang rusak”. Apakah para jama’ah betah tinggal di rumah yang rusak? Tentunya tidak betah. Karena rumah yang rusak adalah rumah yang tidak nyaman. Jika hujan kehujanan, jika panas kepanasan, banyak nyamuk, tikus, dan segala macam.

Rumah bocor sedikit saja kita repot membeli genteng dan mencari tukang untuk perbaiki. Begitu juga saat pintu rumah kita rusak, dengan segala upaya kita perbaiki meskipun dengan cara berhutang. Jika memperbaiki rumah zahir kita sangat bersemangat, mestinya rumah batin lebih dari itu. Lebih pantas lagi kita untuk lebih rajin melihat-lihat dan memperbaiki keadaan hati kita, yang merupakan rumah bathin kita.

Bagaimana caranya agar hati kita lempeng, tidak bocor dengan segala macam penyakit hati? salah satu resepnya adalah perbanyak membaca kitab suci Al-Qur’an.

Para ulama menyebutkan bahwa membaca Al-Qur’an tidak mesti harus banyak. Misalnya harus membaca Al-Qur’an itu satu juz. Kemudian cara membacanya ngebut. Sampai habis juz pertama. Lalu disambung lagi dengan cara ngebut sampai habis juz ke dua. Imam Abdullah Ibnu Abbas mengatakan: “Membaca dua surah yang pendek, pertama Idza zul-zilah kemudian kedua surah al-Qariah, dengan benar-benar menghayati maknanya, lebih saya sukai daripada membaca Surat al-Baqarah dan Surat al-Imran dengan cara cepat.”

Ulama mengingatkan bahwa cara kita untuk mencintai Al-Qur’an agar kita memperoleh faidah-faidah Al-Qur’an adalah dengan cara, membaca dengan pelan, benar, dan menghayati maknanya. Dengan begitu, kita mendapat keberkahan seperti yang tersebut dalam hadis Rasulullah SAW,

مَا مِنْ شَفِيْعٍ اَفْضَلُ مَنْزِلَةً عِنْدَاللهِ يَوْمَ القِيَامَوِ مِنَ القُرْآنِ لَا نَبِيٌّ وَلَا مَلَكٌ وَلَا غَيْرُهُ.

“Tidak ada pemberi syafaat (penolong) yang lebih utama derajatnya di sisi Allah pada hari Kiamat daripada Al-Qur’an. Bukan Nabi, bukan malaikat, dan bukan pula yang lain.” (H.R. Abdul Malik bin Habib-Syarah Ihya)

Syafa’at Nabi Musa kepada kaumnya, Nabi Idris kepada kaumnya, Nuh kepada kaumnya atau nabi-nabi yang lain selain Nabi Muhammad, syafat mereka menurut Nabi Muhammad masih kalah dibanding syafa’at Al-Qur’anul Karim. Tapi tidak semua orang akan disyafa’at Al-Qur’an, kecuali dari dunia kita akrab, dekat, dan sayang kepada kitab suci Al-Qur’an.

Apa makna dekat dengan Al-Qur’an? Makna dekat dengan Al-Qur’an bukan berarti kita dekat dan menjadikan bantal di waktu tidur, atau menjadikannya hiasan di kamar. Dekat itu artinya dekat dengan ayat-ayatnya. Sering membacanya, sering mengulang-ulang bacaannya. Dan yang paling utama adalah kita mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan kita. Itulah orang yang akan memperoleh syafa’at Alqur’anul Karim.

Mari kita membaca al-Fatihah, semoga Allah mengkaruniakan kepada kita semua syafa’at Al-Qur’an. Mudah-mudahan dijadikan syafa’at yang paling utama kelak di akhirat, juga di dunia semoga Al-Qur’an menjadi syafa’at yang membawa kemudahan bagi hidup kita.

Allah SWT memberikan karunia yang tak ada bandingnya kepada umat Islam. Nikmat tersebut tidak diberikan kepada nabi atau umat lain sebelum Islam. Itulah karunia kitab suci Al-Qur’an. Kitab suci Al-Qur’an kata Abdullah Ibn Mas’ud, “Apabila ada seorang ahli ilmu atau ahli ibadah yang ingin mendapatkan ilmu hikmah atau ilmu-ilmu lain, maka ia harus membaca, atau mencermati isi Al-Qur’an”.

Tidak ada di dalam Al-Qur’an itu satu huruf pun yang berasal dari akal cipta manusia. Al-Qur’an semua hurufnya, semua ayatnya dari awal hingga akhir benar-benar merupakan karunia dari Allah SWT. Kalau ada yang ingin menjadi ahli ilmu, kemudian membaca kitab karangan manusia. Sehebat-hebat manusia, sealim apapun dia, tidaklah mungkin karya yang dihasilkannya adalah karya yang sempurna. Kata orang, “takan ada gading yang tak retak”.

Hanya ada satu kitab yang tak memiliki kelemahan dan kekurangan, yaitu Alqur’anul karim. Orang ahli ilmu carilah ilmu di dalam Al-Qur’an. Orang ahli ibadah, carilah ilmu ibadah di dalam Al-Qur’an, orang ahli zikir carilah zikir di dalam Al-Qur’an, orang ahli wirid, carilah wirid di dalam Al-Qur’an, orang ahli doa, carilah doa di dalam Al-Qur’an. Dan apapun yang baik-baik, semuanya terdapat di dalam kitab suci Al-Qur’an. Alqur’an itu adalah benar-benar karunia berharga kepada umat Islam.

Saya sering menyampaikan di beberapa tempat agar para jama’ah menyerahkan, atau mendidik anaknya untuk menghafal Al-Qur’an. Sebab seorang ibu yang memiliki anak yang menghafal Al-Qur’an 10 juz lebih kaya dari mereka yang punya tabungan uang satu milyar atau dua milyar.

Jangankan 10 juz, 1 juz saja tidak ternilai dengan uang atau harta manusia. Jangan hanya menghitung uang, sebab kekayaan bagi orang tua adalah anak yang saleh, dan salah satu bagian kesalehan itu adalah menghafal Al-Qur’an. Cobalah dibayangkan pesan dari Sayyidina Ali tadi. Siapa yang membaca Al-Qur’an satu huruf dalam shalatnya mendapatkan 100 macam kebaikan.

Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh pahala, dan jika dijumlah, maka satu huruf mendapatkan seribu pahala. Lalu kita mempunyai anak yang membaca Al-Qur’an dengan berlipat ganda pahala dan kebaikan, maka para orang tua yang duduk santai di rumahnya pun mendapat pahala.

Itulah keuntungan orang yang memiliki anak bisa membaca Al-Qur’an. Apalagi anaknya bisa menghafal Al-Qur’an.

Jika anak berbuat baik dan kebaikan itu merupakan hasil didikan orang tuanya, maka setiap kali anak itu berbuat baik, orang tuanya pasti mendapatkan pahala. Orang tua pasti merasa senang jika sang anak membaca Al-Qur’an kemudian mendapatkan 100 ribu pahala, kemudian orang tuanya secara otomatis mendapatka 100 ribu pahala juga.

Tapi sayangnya para orang tua doanya lain. “Ya Allah semoga anakku menjadi kaya, agar bisa membelikan aku pesawat terbang, ya Allah semoga anakku menjadi paling cantik agar mendapatkan suami yang gagah dan kaya. Kalau sudah dapat menantu yang kaya, gampang dapat motor dan seterusnya.”

Jangan seperti itu. Itu sebabnya di dalam Al-Qur’an dianjurkan untuk memohon anak yang soleh. Mulai sekarang didik anaknya untuk mengaji. Pantau agar nanti anaknya menjadi sumber aliran pahala bagi orang tua.

Begitu bahagianya orang tua yang mendapatkan aliran pahala dari anaknya yang pandai membaca Al-Qur’an. Semoga salah satu dari anak kita, menjadi ahli Al-Qur’an. Sabda Nabi,

اِنٌ للٌهِ اَهلِينَ مِنَ النٌاسِ قَالٌوا: مَن هٌم يَارَسُولَ اللٌهِ؟ قَالَ أهلُ القُرانَ هُم أهلُ اللٌهِ وَخَاصٌتٌهُ

Sesungguhnya Allah memiliki keluarga dari kalangan manusia.” Para sahabatnya bertanya, “Siapakah mereka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ahlul Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang istimewa-Nya.” (H.R. Nasai, Ibnu Majah, Hakim, dan Ahmad)

Kata ulama, “Al-Qur’an adalah sumber air yang tak pernah kering”. Di dunia, yang namanya mata air itu memiliki umur. Jika setiap saat airnya diambil, maka lama kelamaan mata air tersebut pasti berkurang debit airnya, kecuali mata air Zam-zam. Tapi ada satu mata air yang tidak pernah kering. Mata air yang memancarkan hikmah, ilmu, keberkahan, rejeki, dan segala macam kebaikan. Itulah mata air Alqur’anul Karim.

Sore ini kita menyebut keagungan Al-Qur’an, agar tertanam dalam hati kita. Supaya kita sadar sesadar-sadarnya, bahwa tidak ada jalan keselamatan bagi umat Islam, kecuali berada di dalam kitab suci Al-Qur’an. Jangan kita ambil ajaran yang aneh-aneh. Jangan kita mengambil ajaran-ajaran manusia.

Saat ini banyak sekali ajaran manusia yang kita lihat di televisi, yang kita dengar di radio, dan kita baca di koran maupun majalah, yang membuat kita silau dan tergoda. Lalu kita tergoda untuk mengikutinya.

Padahal akhirnya akan membawa kehancuran kepada umat manusia. Katanya itu ajaran filsafat. Ajaran hedonisme misalnya, ajaran ini yang penting enak. Yang penting enak dikerjakan saja. Hidup di dunia ini untuk mencari kenikmatan dan mengumpulkan kenikmatan dengan cara apapun. Karena banyak orang yang mengikuti filsafat hedonisme, maka banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan akhlak.

Orang tua dulu yang kita sebut kolot, banyak sekali dari ucapan mereka yang menunjukkan bahwa mereka memiliki akhlak yang tinggi. Misalkan ketika orang tua dulu mengatakan “Segalak-galak singa tidak mungkin ada yang memakan anaknya”, itu karena dulu tidak ada orang tua yang memakan anak.

Tidak ada orang tua dulu yang merusak anak. Tapi coba lihat sekarang, di zaman modern yang sudah hebat ini. Banyak kita saksikan bahwa orang tua ternyata lebih ganas dari harimau. Orang tua merusak anaknya. Orang tua memberikan pendidikan yang menghancurkan anaknya. Inna lillahi wa inna ilaihirooji’un. Di kota-kota banyak iklan berbunyi “Dibuka Sanggar Joget, untuk anak kecil”; “Didiklah anak Anda untuk berdansa dan berjoget agar jika besar nanti menjadi ahli dangdut”; “Biaya satu bulan 300 ribu rupiah”.

Berlomba-lomba orang memasukkan anaknya di tempat seperti itu. Ini sama dengan harimau memakan anaknya. Sama dengan orang tua menghancurkan anaknya. Bukannya umur tiga tahun anak diajari baca Al-qur’an, diajari shalat, berahlak mulia, justru dimasukkan ke dalam sekolah dangdut. Inna lillahi wa inna ilaihirooji’un. Jangan kita bersikap seperti itu, masih kecil anaknya sudah dimasukkan ke sekolah-sekolah semacam itu. Kita ingat firman Allah SWT: “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.

Sebagai orang tua, kita harus mengawasi, memantau, membimbing dan mendidik anak. Jangan sampai kita melepas anak begitu saja. Jangan kita membiarkan anak dan tidak memantaunya pergi pagi dan pulang setelah malam hari. Tidak berupaya menanyainya kemana ia bergaul. Kalau kita merasa bertanggung jawab, maka ajaklah dia duduk lalu tanyakan.

“Wahai anakku, kemana saja kamu pergi hingga pulang malam seperti ini? Di mana shalat Zuhur, Di mana shalat Ashar, dan Maghribnya. Lalu tanya juga siapa temannya, karena itu adalah tanggung jawab orang tua. Kelak di akhirat akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.

Salah satu jalan keselamatan yang menjadi hadiah bagi umat Islam adalah Alqur’an. Mari kita ramaikan majelis-majelis baca Alqur’an di manapun. Baik itu di masjid, di mushalla, ataupun di rumah, sebab itu akan membawa keberkahan bagi kita semua.

Upaya kita hari ini, mungkin tidak bisa kelihatan langsung hasilnya dalam satu atau dua tahun. Bahkan lima tahun pun belum tentu hasilnya maksimal. Tapi yakinlah, apa saja macam perjuangan yang baik-baik, yang soleh-soleh, cepat atau lambat pasti akan ditampakkan hasilnya oleh Allah SWT. Jangan malas untuk merintis kebaikan. Mungkin sekarang kita tidak bisa melihat hasilnya, tapi kelak jika dia dewasa, semua harakatnya, semua gerak-geriknya, semua pekerjaannya akan dijiwai oleh semangat Alqur’an. Dan itulah orang yang paling hebat. Sebagaimana halnya Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW itu diibaratkan sebagai Al-Qur’an yang berjalan. Itu karena semua perilaku Nabi Muhammad, baik itu ucapan, bergaul, dan bermuamalah kepada sesama manusia, semuanya dijiwai dengan ajaran Al-Qur’an.

Sayyidah Aisyah pernah ditanya oleh salah seorang sahabat, yaitu Sayyidina Hisyam Ibnu Urwah, “Wahai Sayyidah Aisyah, bagaimanakah akhlak Nabi Muhammad SAW? Aisyah menjawab: Saya tidak bisa menjelaskan karena terlalu banyak akhlak mulia Nabi Muhammad SAW. Tapi ada satu kesimpulan bahwa Akhlak Nabi Muhammad SAW itu adalah Alqur’an”.

Kalau akhlak kita adalah Al-Qur’an, maka tidak ada di antara kita yang berkelahi dan saling memusuhi. Apalagi saling mendendam. Semua itu akan hilang dengan sebab keberkahan Al-Qur’an. Ini hanya sebagian kecil dari keutamaan-keutamaan yang dimiliki Al-Qur’an.

Saat ini, kita semua umat Islam, benar-benar sedang membutuhkan ajaran kitab suci Al-Qur’an. Karena seperti salah satu hadis mengatakan: “Ada orang yang membaca Al-Qur’an, tapi saat ia sedang membacanya, Al-Qur’an melaknat orang tersebut. Itulah orang yang membaca Al-Qur’an tapi tidak mau melaksanakan perintah Al-Qur’an serta tidak mau menjauhkan diri dari larangan-larangan-Nya. Misalnya dia membaca ayat yang artinya, “Wahai Umat Islam, janganlah kalian saling mencari-cari kurangan, dan menyebarkan kekurangan atau aib tersebut”.

Dia baca ayat di atas, dia pahami artinya, tapi dia tidak mau melaksanakan perintah yang terkandung di dalamnya. Dia saling umpat, saling intip keburukan. Dia cari omongan, aib dan kesalahan orang, untuk kemudian disebar-sebarkan. Inna lillahi wa inna ilaihirooji’uun. Makanya, Nabi memperingatkan di dalam sebuah hadis, “Kalau ada orang yang suka mencari kejelekan orang lain, kemudian dia pergi ke rumah orang untuk mengintip kekurangan orang lain, lalu saat mengintip dikira maling dan matanya dicolok hingga pekek (buta), apakah orang yang punya rumah bersalah dan harus diqishos?

Kata ulama tidak harus. Itu karena kesalahannya sendiri yang suka mengintip dan mencari kesalahan. Nabi menyatakan jangan salahkan siapa-siapa kecuali dirinya sendiri. Artinya, janga kita mengerjakan sesuatu yang akan membawa kesulitan kepada diri kita.

Allah berfirman,

وَلا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. (Qs. Al-Baqarah/2:195)

Kita diperintahkan untuk menjaga diri. Menjaga diri tersebut harus dilakukan dengan menjaga ucapan, perbuatan dan menjaga i’tiqad kita. Semoga kita bukanlah termasuk orang yang dilaknat oleh Al-Qur’an.

Jika kita membaca Al-Qur’an, membaca Surat Yasin yang di dalamnya terdapat peringatan-peringatan. Lalu kemudian peringatan-peringatan tersebut kita laksanakan, maka Al-Qur’an bukannya melaknat tetapi mendoakan agar kita dirahmati Allah.

Acara ini juga dirangkai dengan peringatan Isra’ Mi’raj, semoga dengan peringatan tersebut kita diberikan hikmah dan manfaat agar semakin teguhlah keimanan kita kepada Allah SWT. Isra’ Mi’raj adalah peristiwa besar yang membutuhkan keimanan yang kuat. Jika iman kita lemah, maka kita akan mengatakan tidak mungkin. Orang yang tidak teguh imannya akan segera mendustakan atau menganggap peristiwa tersebut adalah dusta dan omong kosong belaka. Orang yang teguh imannya yang akan percaya seperti tercantum dalam Ayat Kursi:

وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا

Kursi Allah SWT yang melambangkan kekuasaan Allah itu, mencakup langit dan bumi, dan sama sekali tidak memberatkan Allah untuk memelihara langit dan bumi.

Misalkan kita memiliki rumah besar, setengah hektar, seratus atau dua ratus meter, dan kita ingin rumah itu tetap bersih, maka kita akan kelelahan untuk menyapunya agar tetap bersih. Kita sapu dan pel setiap hari, maka kita akan kelelahan dan menggerutu meskipun luasnya hanya seratus meter. Bandingkan dengan Allah yang meletakkan bumi dan langit di atas kekuasaannya. Dia sama sekali tidak mengalami kesulitan apa-apa.

Maka, langit yang tujuh lapis itu berada di bawah kekuasaan Allah. Gampang dan mudah bagi Allah untuk mengatur peristiwa Isra’ Mi’raj. Dengan sangat mudah, Nabi yang waktu itu berada di bumi, gampang untuk dipindah atau di bawa ke langit. Allah Maha Tinggi, Tinggi dengan kekuasaan-Nya. Bukan tinggi dengan Zat-Nya. Karena Allah tidak punya tempat dan tidak masuk ke dalam waktu. Karena tempat dan waktu merupakan hasil ciptaan Allah. Allah tidak serupa dengan makhluk ciptaan-Nya.

Allah SWT kekuasannya melingkupi segala sesuatu. Kita sebagai makhluk Allah tidak bisa keluar dari kekuasan-Nya. Kita tidak bisa keluar dari Qudrat dan Iradat Allah SWT. Kita tidak bisa keluar dari Qada’ dan Qadar Allah SWT. Tugas dan kewajiban manusia adalah menyesuaikan diri dengan ikhlas hidup dalam Qudrah, Iradah, serta Qada’ dan Qadar Allah SWT. Dengan begitu, maka tenanglah hidup kita. Kita tidak akan gelisah. Bukan Allah yang kita perintahkan untuk menyesuaikan dengan kemauan kita.

Kalau kita dikaruniai rejeki oleh Allah, kemana kita akan belanjakan. Untuk apakah kita akan gunakan rejeki yang diterima. Apakah kita gunakan untuk membeli barang mewah untuk kepuasan nafsu, apakah kita akan membeli pakaian yang kurang dibutuhkan, apakah kita akan membeli barang-barang yang sama sekali tidak kita butuhkan sementara ada kebutuhan lain yang lebih penting. Ataukah rejeki yang kita terima kita belanjakan kepada kebutuhan yang memang benar berguna bagi kemaslahatan diri dan keluarga seperti biaya anak sekolah, modal usaha, bersedekah, membeli bahan makanan, serta kebutuhan lain yang memudahkan kita untuk beribadah kepada Allah SWT.

Allah SWT memberikan rejeki kepada hambanya, karena sesungguhnya Dia ingin melihat, mana di antara hamba-Nya yang paling pandai membelanjakan rejekinya agar sesuai dengan keinginan Allah SWT.

Tidak hanya pada waktu kita dititipi rejeki, Allah juga memantau kita. Namun Allah juga memberikan kondisi kekurangan bahkan kemiskinan kepada hamba-nya. Pada saat itu kita dilihat, apakah dalam kondisi kekurangan kita lalu banyak menggerutu, ngomel, serta menyalahkan nasibnya, jika begitu, berarti kita gagal menyesuaikan diri dengan keinginan Allah SWT.

Meskipun Nabi ditimpa kesusahan, namun beliau tak pernah mengadu kepada sesama makhluk. Padahal jika menggerutu dan mengeluh itu boleh, mestinya yang paling pantas menggerutu dan ngeremon itu adalah Nabi, sebab beliaulah yang paling berat cobaan hidupnya. Kalau kita manusia biasa, cobaan yang kita hadapi mungkin setengah-setengah, sangat jauh berbeda dengan beliau yang menerima cobaan berat.

Bayangkan saja betapa berat cobaan saat beliau akan dibunuh, saat kafir Quraisy membuat perjanjian tidak boleh ada jual beli dengan keluarga Muhammad. Kalau punya air mereka tak boleh diberi. Kalau punya anak laki-laki tidak boleh dikawinkan dengan anak perempuannya.

Begitulah orang Quraisy memutuskan silaturrahminya dengan keluarga Muhammad SAW. Begitu berat cobaan-Nya namun Nabi tidak menggerutu. Beliau tetap sabar, meski hampir tiga tahun beliau diboikot kafir Quraisy. Beratnya tidak cuma soal uang, namun tidak boleh ada saling tengok maupun kawin-mawin di antara mereka. Parahnya lagi, siapa saja yang kebetulan melanggar semisal melakukan jual beli secara sembunyi dengan keluarga Muhammad, maka Abu Jahal dan komplotannya akan memberikan sanksi.

Dalam kondisi berat tersebut, Nabi tidak menggerutu dan menyalahkan Allah SWT. Justru semakin terlihat betapa besarnya keimanan, betapa teguh hatinya melawan cobaan, dengan kesabaran yang tinggi. Kita pun harus mencontoh kesabaran Nabi Muhammad SAW. Sebab insya Allah, di balik tiap-tiap kesusahan, dan kesulitan pasti ada kemudahan dari Allah.

[jetpack-related-posts]

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Pin It on Pinterest

Shares
Share This