“Saya selalu bilang, berhentilah menggunakan dalih kurang stok untuk kemudian mengimpor,” papar TGB

Gubernur Nusa Tenggara Barat, Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi (43) berbicara keras di depan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat peringatan Hari Pers Nasional (HPN). Dia mengkritik Bulog dan menolak masuknya beras impor di wilayahnya. Penolakan yang muncul karena bertentangan dengan kondisi masyarakat di NTB.

TGB menyatakan Bulog tak menyerap dengan sempurna produksi pangan di NTB, namun di sisi lain, lembaga pengatur urusan pangan tersebut malah merekomendasikan impor. Karena itu, sampai saat ini, dia menolak bila ada beras impor yang masuk ke NTB. Alasannya jelas, produksi beras di NTB surplus setiap tahunnya, sehingga beras impor tidak diperlukan. “Kami menolak, karena produksi lokal cukup. Setiap tahun itu surplus lebih dari 600 ribu ton. Seharusny a itu diserap oleh Bulog,” tegasny a kepada detikFinance saat berbincang di rumah dinas di Mataram, NTB, Rabu (24/2/2016).

Saat panen r aya, kata TGB, seharusny a Bulog menyerap semua hasil petani. Hargany a pun masih dalam rentang yang wajar dan sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP). Dengan demikian, ketika sedang tidak panen, maka stok tersebut bisa dipakai, tidak perlu impor. “Saya selalu bilang, berhentilah menggunakan dalih kurang stok untuk kemudian mengimpor,” paparnya.

Pria yang menghabiskan S1, S2 dan S3 di Uni versitas Al Azhar Kairo ini menyebut, ada sejumlah upaya untuk memasukkan beras impor k e NTB. Caranya, menjadikan pelabuhan NTB untuk pintu masuk beras k e NTT. Lalu karena tak diberi izin, kini ada upaya masuk lewat Surabaya, namun tetap ditolak TGB . Akibat larangan beras impor masuk ke NTB, muncul isu raskin yang belum terdistribusikan.

Menyiasati hal ini, Zainul mengirim surat pada Kepala Bulog dan Menteri Pertanian agar membeli beras hasil dari petani. Dia yakin, ada stok cukup banyak di bulan Februari ini, dan bisa memenuhi kebutuhan msayarakat. “Memang ada masalah harga sedikit, tapi itu bisa di-adjust. Mengapa membeli harga lebih mahal sedikit untuk rakyat tidak mau, tapi buat petani negara lain mau?” Cetusnya

Sumber, Detik Finace, 22 Februari 2016

Pin It on Pinterest

Shares
Share This