Cerita TGB Silaturahmi ke KH Agoes Ali Masyhuri

by | Mar 15, 2018 | kata mereka, news, tgb indonesia | 0 comments

Gubernur NTB TGB HM Zainul Majdi mendapat undangan berbagai kegiatan dari Pulau Madura. Dalam agenda super padat itu, Gubernur NTB menyempatkan untuk mendatangi beberapa kiai sepuh di Sidoarjo. Salah satu tujuan adalah di Desa Lebo, Sidoarjo, Minggu (11/2). Tertulis di gerbang pintu masuk, Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat.
Pria berkacamata bersarung coklat turun dari mobil hitam. Senyum mengembang menyapa sejumlah orang di sekitar pondok. Sosok ini adalah Gubernur NTB TGB HM Zainul Majdi.
“Selamat datang Tuan Guru Majdi, saya kemarin ke Lombok saat Munas Alim Ulama, tapi gak sempat kesana,” sapa lelaki paruh baya berkopiah putih.
Dengan reflek, TGB langsung mengambil tangan pria sepuh ini dan menciumnya. Mereka berpelukan akrab. Pria paruh baya ini tak lain ialah muassis (pendiri) Ponpes Progresif Bumi Shalawat KH Agoes Ali Masyhuri. Tangan TGB langsung digandeng dan diajak masuk.
“Ayo Tuan Guru makan dulu, ini ada rawon enak. Rawon internasional namanya,” ajaknya.
“Sudah, sudah kiai. Kami sudah makan,” jawab TGB.
Jawaban TGB itu langsung direspon dengan panggilan ke dalam rumah. Dan seorang pria langsung membawa piring dan bungkusan. Tak lama menyusul mangkok-mangkok besar berisi rawon. Bukan hanya TGB, rombongan yang menyertai pun diminta untuk ikut makan.
Baru beberapa suap nasi masuk, Abah Ali begitu biasa disapa, bercerita soal kesannya yang beberapa waktu lalu datang di Lombok. Makanan yang membuatnya kaget adalah ares, sayur dari bagian dalam pohon pisang.
“Nek kene gak kanggo, kok malah di Lombok dimasak. Tapi rasane yo enak. (Disini tidak dipakai, kok malah di Lombok dimasak. Tapi rasanya ya enak),” cerita Abah Ali ke sejumlah tamunya.
“Iku bumbune opo yo?(itu bumbunya apa ya?,” tanya Abah Ali.
Belum selesai cerita ares, Abah Ali langsung mengungkapkan soal warga Lombok yang religius. Banyak masjid dan kerap berkumandang pengajian. Hal yang membuat siapapun berada di Lombok tenang dan bahagia. Mendengar cerita ini TGB menanggapi dengan senyum.
Obrolan dua ulama beda generasi ini kian menarik saat Abah Ali berkisah perjalanan pendirian ponpes. Tak bisa diduga, sekarang bisa memiliki bangunan megah. Yang membuatnya cukup bahagia, diantara santrinya bisa membuat drone. Meski harus berulangkali gagal dan butuh biaya tinggi, santrinya itu pantang menyerah.
“Wah, bisa buat drone, hebat sekali,” puji TGB.
Gubernur dua periode NTB ini menilai pembuatan drone butuh teknologi mumpuni. Bila dari ponpes bisa mewujudkan, tentu ini luar biasa.
“Bukti bila ponpes tak kalah,” lanjutnya.
Bicara mengenai ponpes, Abah Ali menyebut, selalu ada barokah tersendiri yang didapat. Dahulu ia ngaji di Mbah Mad, Sarang, Kabupaten Rembang. Meski cara mengajinya menurutnya kurang jelas, nyatanya akhirnya begitu leluar pesantren ia bisa mengaji.
“Seng penting ojo sampek nduwe niat elek. Urip iku ora iso diukur mung karo akal. (Yang penting jangan sampai punya niat buruk. Hidup tidak bisa hanya diukur dengan akal),” terang Abah Ali.
Kiai 66 tahun ini melanjutkan, hasil didikan ponpes di Indonesia pun terbukti melahirkan ulama yang disegani di luar negeri. Sebut saja Syekh Ihsan, Jampes. Secara gramatikal karyanya nyaris sama dengan Ihya Ulumuddin karya Imam Ghazali.
“Padahal itu beda tahun sangat jauh. Namun bisa menghasilkan karya luar biasa, saya kagum betul,” imbuhnya.
Hal-hal tersebut menurut Abah Ali, segala sesuatu tak bisa diukur dengan akal. Termasuk ketika ia membangun pondok. Semua berjalan mengalir tanpa manajemen yang njelimet. Hasilnya ponpes berkembang dan bangunannya kian besar.
“Ya sudah yakin saja sama barokah itu,” tandasnya.
TGB sempat menyinggung bila Abah Ali memiliki kekerabatan dengan KH Maimoen Zubair. Dikatakan, jalurnya sama berasal dari Mbah Mukhdor. Meski usia Abah Ali lebih muda, ia dipanggil paman oleh KH Maimoen Zubair.
Obrolan Abah Ali dan TGB terbilang cukup cair. Sesekali Abah Ali menepuk lutut TGB. Abah Ali pun sempat memuji TGB sebagai pemimpin yang lengkap, tak hanya umara namun juga ulama. Terlihat beberapa kali TGB juga tertawa dengan bahasa Abah Ali yang blak-blakan. Berbagai prestasi yang ditorehkan TGB pun diakuinya bukti bila ulama juga sanggup memberi kontribusi.
Sebelum melepas TGB pamit, Abah Ali mengungkapkan, akan datang ke Lombok membahas banyak hal dengan TGB. Khususnya yang terkait dengan umat.
Apa yang diungkapkan Abah Ali ini diamini oleh TGB, banyak hal di dunia tak bisa menggunakan manajemen manusia. Lahirnya Ponpes Progresif Bumi Shalawat itu juga karena kepasrahan KH Agoes Ali.
“Betul yang beliau ungkapkan itu. Semua harus kita kembalikan pada Allah,” ucapnya.

(Febrian Putra-Santri Jombang)

[jetpack-related-posts]

Pin It on Pinterest

Shares
Share This