Benarkah TGB Populer?

Beberapa waktu lalu, komunikasi pertama saya dengan TGB adalah masalah meninggalnya Sahari TKI asal Jotang desa Empang, Kabupaten Sumbawa. Sahari meninggal di Jeddah rumah sakit Al-Fath.
Komunikasi saya dengan TGB hanya sebatas minta tolong agar bisa sambungkan dan urus ke Saudi Arabia. Mengingat TGB alumni Al-Azhar Mesir. Analisa saya, pasti TGB langsung bergerak.
Pada pagi hari, saya hubungi melalui WhattsApp, malam hari beliau jawab “Baik, pak Rusdianto Samawa, saya bantu secepatnya”. Ya, saya menjawab “Baik, Bapak TGH. Bajang Zainul Majdi, semoga sukses”. Kemudian, besoknya pihak pegawai kedubes Indonesia di Arab Saudi menghubungi saya perihal sedang dicari dan diurus. Atese katakan “malam-malam saya ditelpon Gubernur NTB”. Luar biasa bukan? Pemimpin yang tanggap dan cepat.
Begitu juga, Prof. Dr. Jenderal Farouk Muhammad anggota DPD RI asal NTB. Respon beliau sangat cepat, lebih cepat dari TGB. Pada malam hari saya broadcast (sebarkan) informasi TKI meninggal, malam itu juga beliau kordinasikan ke Jeddah Saudi Arabia. Kehebatan beliau paling aktif komunikasi, bisa dibilang perjam. Pasti ada informasinya.
Melihat respon TGB di atas, belum cukup bagi saya untuk mengakui keuletannya. Beberapa kali, saya jalan ke daerah Gunung Sari Kantor Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat. Mereka tau saya dari Sumbawa – NTB, mereka bilang “Wah, TGB bagus tuh, pasti menang”. Saya heran juga “tanya asal saya dari mana, malah nyeletuk ke TGB hebat”.
Begitu juga, sewaktu ke daerah Bogor, di atas kereta orang sekeliling saya bicara kebaikan TGB “mulai dari hafal Al-Qur’an Hadist hingga keberhasilan ekonomi NTB yang basis syariah”. Semua, perjalanan saya ini terencana, tetapi tidak merencanakan sosialisasi TGB. Namun, mendengar orang membicarakan TGB.
Pada tahun 2017, pernah ada seorang Pemuda Muhammadiyah asal NTB, mengajak saya untuk menjadi voluntering TGB, tetapi saya menolaknya. Karena waktu itu saya fokus untuk uograde perjuangan nelayan hingga sekarang ini.
Terus waktu berjalan, akhirnya ketemu TGB diacara pengajian PP Muhammadiyah di Jalan Menteng Raya Jakarta Pusat. Saya sempat foto bareng dan bertanya “bagaimana prospek kedepan untuk Indonesia?”, beliau menjawab santai “mari berusaha menampilkan kepemimpinan yang amanah, fatonah dan siddiq”.
Selama setahun, ada banyak sekali opini bagus dan baik untuk TGB di masyarakat. Apalagi, sekelas Habaib, Kiyai, Ustad dan Santri seluruh Indonesia bergerak untuk persiapkan TGB menjadi leadership Indonesia.
Kita ketahui bersama, sebagaimana Ustad Abdul Somad populerkan TGB. Testimoni Prabowo Subianto tentang TGB pemimpin masa depan Indonesia. Opini masyarakat yang mengakui kerendahan hati TGB. Semua itu, mungkin saja tidak tercipta begitu saja, kalau bukan karena sikap TGB yang serba bisa.
Populernya TGB tidak lepas dari investasi dua periode jadi Gubernur NTB, peran Ustad Abdul Somad, Habib dan santri yabg terus upgrade popularitas dan perkenalkan TGB kepada masyarakat Indonesia.
Dampak dari upgrade itu, TGB orang paling populer. Ukurannya sederhana sekali. Begini, Ibu-ibu (emak-emak) yang tergabung dalam Group WhattsApp #2019GantiPresiden populerkan TGB. Sala satu contoh, coba saja bertanya pada emak-emak rumah tangga disekitar Pasar Minggu Jakarta “pasti jawabannya TGB”. bagaimana mengukurnya: saya sedang makan diwarung rakyat di jalan, diwarung itu orang sedang membicarakan TGB, baik kelebihan maupun kekurangan.
Apalagi, pasca tampil di “Apa Kabar Indonesia Ku”, sudah pasti dampak popularitas akan beranjak naik. So, ibu-ibu penjual nasi goreng depan rumah perlihatkan “Mas Rusdi, TGB lagi ceramah di TVONE, ceramahnya bagus, tapi ngak bisa lucu kayak Ustad Abdul Somad”.
Artinya, fakta diatas menunjukkan bahwa TGB sudah viral sejak tahun 2005 hingga Gubernur dua periode. Fakta lain, TGB viral karena kebutuhan mayoritas Islam yang mencari pemimpin yang berbasis ulama. Konteks lainnya juga, karena TGB memiliki kapabilitas sebagai pemimpin Nasional.
TGB bisa menang, ketika para ibu-ibu rumah tangga bisa dikuasai sepenuhnya. Mengapa? karena emak-emak itu pemilik sah kebutuhan dapur rumah tangga. Ketika, TGB mampu memenuhi kebutuhan ekonomi mereka suatu saat nanti. Maka, TGB tidak tutup kemungkinan akan menjadi pemimpin Indonesia dimasa akan datang. Apalagi, sebagai keulamaannya menjadi indikator utama keterpilihannya.
Penulis
Rusdianto Samawa, Ketua Umum Front Nelayan Indonesia (FNI)
[jetpack-related-posts]